• Institut Agama Islam Negeri Ternate Indonesia

Di Hadapan Sivitas Akademika IAIN Ternate, Prof Dr Phil Sahiron Syamsuddin Paparkan Empat Aspek Kurikulum Cinta

Di Hadapan Sivitas Akademika IAIN Ternate, Prof Dr Phil Sahiron Syamsuddin Paparkan Empat Aspek Kurikulum Cinta

Keterangan Foto: Mahasiswa IAIN Ternate saat mengikuti Kuliah Umum  bertajuk Ekoteologi dan Tanggungjawab Kekhalifahan untuk Keberlanjutan Alam Semesta di Auditorium IAIN Ternate, Jum'at (5/12/2025).

TERNATE – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate, Maluku Utara, kembali menggelar kuliah umum untuk sivitas akademika IAIN Ternate. 

Kuliah umum bertajuk Ekoteologi dan Tanggungjawab Kekhalifahan untuk Keberlanjutan Alam Semesta itu berlangsung di auditorium IAIN Ternate pada Jum’at (5/12/2025) pagi, dengan menghadirkan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A (Guru Besar UIN Yogyakarta). 

Kuliah umum kali ini cukup berbeda dengan kuliah umum atau kuliah tamu sebelumnya, pasalnya jumlah peserta yang hadir melebihi dari perkiraan. Bahkan sang pemateri Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin melempar apresiasi kepada Rektor IAIN Ternate, karena lantai I dan II auditorium terlihat disesaki mahasiswa S-1, S-2 dan S-2 serta tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. 

Rektor IAIN Ternate, Prof Dr Radjiman Ismail, M.Pd menyampaikan rasa syukurnya atas kehadiran Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kemenag, Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A di kampus IAIN Ternate, sekaligus berbagi ilmu kepada sivitas akademika IAIN Ternate. 

“Pak Direktur ini, termasuk orang yang sangat mendukung pembukaan program Doktor di IAIN Ternate, dan kami menyampaikan bahwa pada hari ini kami merasa bersyukur atas kehadiran beliau di kampus ini dan berbagai ilmu untuk sivitas akademika IAIN Ternate,” ujarnya. 

“Dan’ alhamdulillah, berkat dukungan beliau, sehingga saat ini IAIN Ternate resmi memiliki program Doktor,” sambungnya. 

Sementara Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A dalam paparannya menjelaskan bahwa Asta Protas Kemenag adalah delapan program prioritas Kemenag yang dirancang untuk memberi dampak nyata bagi masyarakat, sekaligus mendukung pencapaian Asta Cita dan 17 program prioritas nasional yang ditetapkan Pemerintah Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming untuk periode 2025–2029. 

Dia mengatakan Asta Protas memiliki tujuan utama memperkuat peran Kemenag dalam mewujudkan kehidupan beragama yang harmonis, inklusif, inovatif, dan berdaya saing tinggi. Setiap program yang lahir dari Asta Prota, kata dia, diarahkan untuk memberikan manfaat signifikan dan terukur bagi masyarakat serta memperkuat spiritualitas publik dalam sisi sosial dan pendidikan. 

“Salah satu asta protas Kemenag adalah Toleransi, Kerukunan, yang di dalamnya mencakup kurikulum berbasis cinta,” katanya. 

Doktor lulusan Otto-Friedrigh University of Bamberg Germany itu mengatakan setiap mahasiswa di perguruan tinggi harus memahami tiga aspek penting dalam dunia pendidikan. 

Ketiga aspek tersebut, lanjut dia yakni,  pertama transfer ilmu pengetahuan, kedua pengembangan ilmu pengetahuan, ketiga pembangunan karakter. 

“Karakter kita itu harus dibangun sedikit demi sedikit, jadi yang dimaksud oleh pak menteri Agama dalam kurikulum cinta itu adalah kurikulum yang didasarkan pada kecintaan kita kepada Allah SWT,” terangnya. 

Menurut dia, kecintaan kepada Allah SWT harus diinternalisasi mulai masa kecil sampai pada dewasa, yaitu kecintaan kepada sang pencipta alam semesta. Kecintaan kepada Allah SWT yang mendalam, kata dia, nantinya melahirkan  Mahabbah Linnas, yaitu kecintaan kepada sesama manusia, dan kecintaan kita kepada lingkungan hidup. 

“Maka ekoteologi merupakan bagian dari kurikulum berbasis cinta. Kurikulum berbasis cinta bertumpu pada mahabbah lillah yang melahirkan mahabbah linnas, dan mahabbah lil-bilad,” ucap alumni McGill Kanada. 
“Jadi Mahabbah Lillah atau kecintaan kepada Allah SWT, lalu memunculkan Mahabbah Linnas,” imbuhnya 

“Bahwa dalam kurikulum cinta, ada empat aspek yang hendak ditanamkan kepada peserta didik sejak dini, yakni menanamkan nilai cinta kepada Allah SWT, cinta kepada sesama manusia, cinta lingkungan, dan cinta tanah air,” tambahnya. 

Prof Sahiron yang juga sebagai ketua Asosiasi Ilmu Al-Quran dan Tafsir (AIAT) se-Indonesia itu menjelaskan bahwa ada banyak bukti kecintaan kita kepada Allah SWT yakni Beriman, bertauhid, Husnudzon (sikap mental yang positif di mana seseorang menganggap baik niat dan perilaku orang lain secara alami, kecuali ada bukti yang jelas sebaliknya) dan kecintaan terhadap segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT. 

“Kalau memang betul kita mencintai Allah, maka kemudian memunculkan kecintaan kepada sesama manusia, meskipun berbeda agama, berbeda aliran kepercayaan, berbeda sukunya, warna kulitnya berbeda.” Paparnya. 
 
Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu menegaskan jika manusia selalu ingat akan eksistensinya sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, praktis selalu tunduk dan menjalankan perintah-Nya, serta menghormati dan memuliakan segala ciptaan-Nya. 
 
“Tidak boleh saling menyakiti, atau tidak ada kebencian di antara kita, jadi hati kita selalu dipenuhi rasa cinta kepada Allah SWT, sehingga tidak ada kebencian terhadap makhluknya,” tandasnya.