• Institut Agama Islam Negeri Ternate Indonesia

Mahasiswa FEBI IAIN Ternate Diimbau Bijak Bermedia Sosial dan Menjaga Etika Berpakaian dan Pergaulan

Mahasiswa FEBI IAIN Ternate Diimbau Bijak Bermedia Sosial dan Menjaga Etika Berpakaian dan Pergaulan

Keterangan Foto: Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Ternate

 
TERNATE – Yang menjadi perhatian dalam bermedia sosial adalah etika, karena dengan menjunjung etika, praktis para pengguna media sosial menampilkan hal-hal yang bermanfaat, serta tidak menghadirkan tindakan-tindakan yang memicu kontroversi. 

Hal ini ditegaskan Wakil Dekan I FEBI IAIN Ternate, Dr Jasmin, S.Ag., M.M dalam merespon aktivitas mahasiswa FEBI di sosial media. 

Dia menegaskan, aktivitas mahasiswa diikat dengan kode etik, baik di kampus maupun di luar kampus, untuk itu setiap mahasiswa diminta untuk menunjukkan perilaku terbaiknya, yakni dari etika berpakaian, pergaulan dan menjunjung etika kala mengakses media sosial. 

Menurut dia, hal tersebut bukan hanya menjadi perhatian dan dilakukan mahasiswa aktif, melainkan juga para alumni pun dituntut harus menjada etika dan menunjukkan jati diri sebagai alumni dari kampus keagamaan. 

“Terkait dengan pergaulan mahasiswa, tentunya sudah diatur dalam kode mahasiswa, yakni mahasiswa harus menjaga nama baik almamater; yakni di dalam kampus maupun di luar kampus; baik sebagai mahasiswa maupun sebagai alumni. Karena walaupun sebagai alumni, tapi masih memiliki tanggungjawab harus menjaga nama baik almamater,” tegasnya, Jum’at (7/11/2025). 

Selain itu, lanjut dia, pihaknya kerap kali menekankan tentang pentingnya menjaga etika bermedia sosial, bahwa mahasiswa maupun alumni harus tampil menginspirasi masyarakat umum. 

“Bahwa jangan mengumbar kata-kata vulgar di media sosial, serta selalu menjaga etika dalam menyampaikan pesan,” pintanya. 

“Terutama berita atau informasi yang hendak disampaikan atau dibagikan, hal pertama yang dilihat adalah kevalidan informasi, serta urgensi informasi tersebut bagi khalayak umum atau tidak,” imbuhnya. 

Dia mengatakan, jika setiap informasi yang dianggap layak disebarkan, maka idealnya harus disebarkan, tapi jika tidak maka harus skip atau diabaikan. 

“Misalanya kata-kata yang dianggap berpotensi menghadirkan sentimen personal, maupun tentang SARA, maka sebaiknya jangan disebarkan, terlebih mencoreng nama baik almamater harus dihindari,” ujarnya 

Doktor lulus Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur itu, juga menegaskan bahwa aspek pergaulan, setiap saat selalu diimbau kepada mahasiswa dan alumni, bahwa jati diri sebagai generasi muda yang menimba ilmu di perguruan tinggi keagamaan harus digenggam erat nama baik lembaga, agar setiap langkah selalu memancarkan energi positif. 

“Kemudian dari sisi pergaulan ini yang selalu kami imbau, bahwa interaksi di luar kampus harus mencerminkan jati diri sebagai mahasiswa di kampus keagamaan, dalam arti dari segi pakaian harus tetap dijaga,” katanya. 

“Bahwa pakaian selaku seorang muslim bukan hanya dikenakan di kampus, tapi di luar kampus juga menjadi perhatian, dan hal ini menjadi tanggung jawab bersama untuk selalu saling mengingatkan,” sambungnya. 

“Ini merupakan kampus keagamaan, jadi ketika di kampus tampil dengan balutan jilbab, maka di luar kampus pun harus menggunakan, artinya bahwa berbusana harus sopan dan sesuai dengan syariat agama,” tandasnya.