Kisah Si kembar Fani dan Fina Kompak Lulus Bareng dari IAIN Ternate, IPK Sama Persis!
Setiap pelaksanaan acara wisuda sarjana dan magister di IAIN Ternate selalu menghadirkan kisah menarik dari pada wisudawan dan wisudawati. Kisah dari mereka tentu menginspirasi mahasiswa pada umumnya. Dan pada wisuda sarjana dan magister XIV IAIN Ternate pada tahun 2025 ini, ada kisah menarik dari dua saudara kembar asal desa Sagawale Kayoa Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Foto: Fifi Nurfina Mudassir (kanan) Fifi Nurfani Mudassir (kiri)
Foto: Fifi Nurfina Mudassir (kanan) Fifi Nurfani Mudassir (kiri)
Fani dan Fina, lengkapnya Fifi Nurfani Mudassir, 22, dan Fifi Nurfina Mudassir, 22, keduanya merupakan putri kembar dari pasangan (Alm) Mudassir Hamid dan Julaida W. Hi Jabid.
Keduanya lahir di desa Sagawele, Kayoa Selatan, Halmahera Selatan, Maluku Utara, 09 Februari 2003. Sebagai anak kembar, tak lantas keduanya hidup bersama, lantaran sejak usia balita keduanya hidup berpisah.
Fani sebagai sang kakak sejak usia balita diboyong oleh kedua orangtuanya ke tempat tugas di desa Tahane, kecamatan Malifut, Halmahera Utara. Sementara sang adiknya Fina sejak balita hingga tumbuh besar dalam asuhan sang neneknya di desa Sagawele kecamatan Kayoa Selatan.
Walaupun berpisah sejak usia balita, namun keduanya kembali dipertemukan di tanah kelahiranya, dan mengenyam pendidikan dasar di SDN Sagawele Kayoa Selatan, hingga menuntaskan pendidikan di SMPN 57 Halmahera Selatan.
Saat berada di bangku kelas II SD tepatnya pada 2011 silam, keduanya kehilangan sosok yang dicintainya. Ayahnya berpulang. Walaupun hidup tanpa sang ayah, namun keduanya tetap mengusung semangat menempuh pendidikan layaknya anak-anak pada umumnya.
Untuk itu, setelah lulus dari SMPN 57 Halmahera Selatan, keduanya memutuskan untuk melanjutkan studi di kota Ternate. Walaupun sama-sama berkeinginan menempuh pendidikan SMA di Ternate, tak lantas keduanya hidup bersama layaknya anak kembar pada umumnya.
Fani melanjutkan studi di SMAN 2 Ternate dan tinggal di rumah orangtuanya di kelurahan Jati Ternate Selatan, sementara Fina memilih menetap bersama tantenya di kelurahan Gambesi Ternate Selatan dan bersekolah di SMAN 3 Ternate.
“Walaupun berbeda sekolah dan tempat tinggal, tapi setiap saat kami selalu bertemu di rumah kami di kelurahan Jati,” kata keduanya kompak, Jum’at (26/9/2025).
Selain berbeda sekolah dan tempat tinggal saat berada di kota Ternate, fakta unik dari keduanya terpotret dari sisi kepribadian. Fani sebagai anak pertama lebih cenderung pada kepribadian introvert. Sementara Fina lebih dominan memiliki kepribadian extrovert.
Sebagai putri kembar, membuat keluarganya maupun teman-temannya kerap terkecoh saat memanggil nama keduanya, lantaran memiliki wajah dan postur tubuh yang sama.
Walaupun begitu, ada satu tanda yang dapat membedakan keduanya, yakni Fani memiliki dua tahi lalat, yakni di dagu dan pipi kanan, sementara Fina tidak memiliki tanda khusus di wajahnya.
“Iya, terkadang teman atau keluarga bingung saat memanggil nama kami,” ucap Fina
Memilih sekolah yang berbeda, tak lantas membuat keduanya berbeda jurusan. Keduanya mengungkapkan, sama-sama tertarik pada jurusan IPA, lantaran berkeinginan setelah lulus SMA dapat melanjutkan studi di Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Ternate.
“Saat berada di bangku SMP, kami menyaksikan aktivitas bidan desa memberi pelayanan kepada ibu-ibu hamil dan para balita di kampung. Dari situlah kami berdua tertarik ingin seperti mereka,” ujar Fani.
“Jadi, saat di SMA kami kompak mengambil jurusan IPA, agar dapat menuntaskan impian kami menjadi mahasiswa Poltekkes di Ternate,” imbuh Fina.
Walau harapan besar kelak menjadi tenaga kesehatan dan mengabdikan diri di kampung halaman layaknya bidan desa pada umumnya. Namun, impian tersebut kandas, setelah mereka dinyatakan tidak lulus saat ujian masuk di Poltekkes Ternate.
Dengan begitu, mereka terpaksa harus mengubur impian tersebut, dan kompak mengayun langkah menuju kelurahan Dufa-Dufa Ternate Utara untuk mendaftar di IAIN Ternate, dan memilih program studi Akuntasi Syariah (AKS) fakultas ekonomi dan bisnis Islam (FEBI). Di IAIN Ternate lah, mereka mengulas senyum optimis untuk meraih gelar sarjana akuntansi.
Sama halnya saat berada di bangku SMA. Saat keduanya menempuh pendidikan sarjana di IAIN Ternate. Keduanya kembali hidup berpisah. Fani tetap tinggal di rumah orangtuanya, sementara Fina memilih bersama sang tantenya di Jati Metro.
Bukan hanya berbeda rumah, melainkan biaya kuliah pun tidak sepenuhnya ditanggung oleh sang ibunya. Karena Fina merupakan cucu kesayangan sang neneknya di Kayoa, sehingga biaya UKT ditanggung oleh sang nenek. Sementara untuk UKT Fani menjadi beban sang ibunya.
“Saat bepergian ke kampus, saya (Fani) setiap pagi menjemput Fina dan kami sama-sama ke kampus,” kata Fani.
“Suatu kali kakak (Fani) terlambat jemput, sehingga kami terlambat mengikuti perkuliahan,” ucap Fina seraya menyungging senyum.
Walau tinggal berpisah, namun soal perhatian dari sang ibu tetap sama. Kata Fani, sang ibunya terus memotivasi untuk giat belajar demi menuntaskan kuliah di waktu yang sama.
“Masing-masing dari kami diberi laptop dari ibu sejak berada di semester satu, dengan harapan mengusung semangat belajar demi menuntaskan pendidikan tepat waktu,” kata Fani.
“Begitupun soal uang jajan serta untuk membeli keperluan lainnya pun sama, hanya saja ibu memberikan kepada kakak, kemudian dia menyerahkan ke saya,” sambung Fina.
Memiliki seorang ibu dengan profesi sebagai PNS (guru), tak lantas membuat keduanya mengharapkan masalah financial sepenuhnya ditanggung oleh sang ibu. Karena bekal ilmu manajemen keuangan yang diperoleh di bangku kuliah, membuat keduanya sepakat untuk menggulirkan bisnis kecil-kecilan sepanjang menempuh studi di IAIN Ternate.
“Kalau saya sih menjual keripik pisang,” terang Fani
“Sementara saya berjualan ciput jilbab dan jam tangan dewasa untuk pria dan wanita,” sambung Fina.
Kendati tinggal berpisah, tapi soal tugas akademik, mereka selalu kompak untuk saling membantu. Hal ini demi menuntaskan studi secara sama-sama. Dari saling bantu dan bersepakat untuk rajin mengikuti aktivitas perkuliahan.
Bukan hanya kompak mengikuti aktivitas perkuliahan, melainkan saat ujian komprehensif, proposal skripsi hingga ujian skripsi pun di waktu bersamaan. Selain itu, keduanya ditetapkan meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) sangat memuaskan, saat diumumkan pada acara yudisium sarjana, yakni keduanya meraih IPK yang sama: 3,68.
“Tak menyangka, kami pun mendapat IPK sama,” ujar keduanya seraya saling bertatap dan tergelak kompak.
“Dan kami juga wisuda sama-sama,” imbuh Fina.
Fina bilang, walaupun setelah meraih gelar sarjana Akuntansi keduanya sama-sama menaruh harap bekerja di birokrasi pemerintah. Tapi, dia lebih memilih ke pulau Bacan, Halmahera Selatan dan berharap mendapat pekerjaan di Bacan. Sementara Fani, tetap di Ternate bersama salah satu adiknya.
“Karena ditugaskan oleh ibu untuk menjaga rumah, sambil menemani adik studi di Ternate, jadi saya tidak berpikir mencari pekerjaan di tempat lain,” Aku Fani.