Inspiratif! Dua Anak Nelayan Raih Cumlaude di IAIN Ternate
-- Wisuda Sarjana dan Magister XIV IAIN Ternate di tahun 2025 menampilkan kisah menarik tentang dua anak nelayan. Keduanya adalah Abida Kisman dan Hesti Enitriyana, mereka berhasil menghadirkan senyum kebahagiaan di wajah orangtuanya, setelah meraih predikat pujian (cumlaude) pada wisuda di tahun 2025 --
Foto: Abida Kisman (kiri) dan Hesti Enitriyana (kanan)
Foto: Abida Kisman (kiri) dan Hesti Enitriyana (kanan)
Pelaksanaan wisuda sarjana dan magister XIV Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate di tahun 2025 ini, pihak layanan akademik IAIN Ternate menetapkan dua mahasiswa sebagai peraih predikat pujian (cumlaude) dari total 626 wisudawan dan wisudawati.
Kedua mahasiswa tersebut, yakni Abida Kisman,22, dari program studi (prodi) manajemen pendidikan Islam (MPI) fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan (FTIK), yang meraih indeks prestasi kumulatif (PIK) 3,97 dengan durasi studi 3 tahun 8 bulan.
Sementara Hesti Enitriyana, 21, dari prodi Manajemen Keuangan Syariah (MKS) fakultas ekonomi dan bisnis Islam (FEBI) raih IPK 3,97 dengan masa studi 3 tahun 10 bulan.
Di balik prestasi akademik yang diraihnya, ternyata kedua mahasiswa ini memiliki kisah inspiratif sebagai anak nelayan yang berhasil bersaing dengan ratusan mahasiswa di IAIN Ternate.
Prestasi yang mereka raih bukan hanya menghadirkan senyum kebahagiaan di wajah orangtua dan keluarganya, melainkan menginspirasi mahasiswa di IAIN Ternate.
Walaupun sama-sama memiliki orangtua berprofesi sebagai nelayan. Tapi, keduanya punya catatan perjalanan menempuh pendidikan di IAIN Ternate yang jauh berbeda, seperti meraih beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP), menorehkan prestasi akademik dan non-akademik, serta geluti dunia aktivis.
Untuk Abida Kisman, selain torehan prestasi akademik, di sisi lain ia merupakan aktivis pada organisasi kemahasiswaan dan organisasi ekstra kampus, yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan (Alm) Kisman Hi Hidayat dan Mirna Andy ini, pada 2024 lalu berhasil mengukir prestasi membanggakan pada ajang Annual International Conference on Islamic Education for Student (AICOIES) di Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Ajang yang mempertemukan mahasiswa berprestasi dari Fakultas Tarbiyah pada seluruh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se-Indonesia di bidang lomba karya tulis ilmiah tersebut, ia meraih The Best Article 1 dan mengharumkan nama IAIN Ternate.
Ia berhasil meraih The Best Article 1 setelah karya tulis berjudul Urgensi Manajemen Konflik dalam Meningkatkan Kinerja Sumber Daya Manusia di Lembaga Pendidikan Islam lolos seleksi dan dinilai oleh dewan juri sebagai artikel terbaik.
“Saat itu, saya bersama Ririn Riswana Mandar dari prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidayah (PGMI) dia meraih predikat The Best Favorit Presenter 1 kategori presentasi artikel, dan Nurul Fadila A. Yamani dari prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) meraih The Best Inovatif Article 2,” terang Abida saat ditemui di kampus IAIN Ternate, Jum’at (26/9/2025).
Selain tercatat sebagai salah satu mahasiswi berprestasi di fakultas tarbiyah, gadis kelahiran Tawabi, Pulau Joronga, Halmahera Selatan 3 oktober 2003 ini juga suka berorganisasi.
Menurut dia, aktif di organisasi kemahasiswaan maupun organisasi ekstra kampus, dapat melatih skill team work, hard skill dan soft skill, serta menambah relasi, dan mengembangkan jiwa kepemimpinan.
“Jadi, saya memang suka berorganisasi, karena dari organisasilah kita mendulang ilmu, serta belajar mengatur dan menghargai waktu,” katanya.
“Dan’ dari organisasilah kita belajar memahami kepribadian orang lain,” imbuhnya.
Untuk organisasi, alumni Madrasah Aliyah Koititi Gane Barat, Halmahera Selatan ini aktif di Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Manajemen Pendidikan Islam (MPI), kemudian aktif di Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Tarbiyah.
“Kalau di organisasi ekstra kampus, saya aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),” ungkapnya.
Dari aktif berorganisasi, gadis yang hobi membaca dan menulis ini, kemudian mendulang beragam pengalaman yang mendukung kiprahnya di kampung halaman. Ketika libur kuliah, ia bersama para pemuda dan mahasiswa melaksanakan kegiatan sosial; baik pada bulan ramadan, serta mengisiasi kegiatan untuk pengembangan SDM di kampung halamannya di desa Tawabi Pulau Joronga.
“Selain itu, saya juga bentuk kelompok belajar untuk anak-anak sekolah dasar, serta bersama para pemuda menggelar kegiatan perlombaan pada setiap momen 17 agustus,” terangnya.
Walaupun aktif di organisasi sejak berada di semester awal, namun bungsu dari tiga bersaudara ini, tetap membagi waktu dengan baik, sehingga indeks prestasi kumulatif (IPK) setiap semester terus menunjukkan tren positif.
Dari sinilah, namanya kemudian diikutkan pada seleksi beasiswa dan diberi beasiswa kartu Indonesia pintar (KIP) oleh pihak fakultas pada semester III hingga lulus kuliah. Menurut dia, dengan beasiswa KIP, ia merasa terbantukan lantaran ia merupakan anak yatim, karena pada 2018 lalu bapaknya telah berpulang.
Karena hidup tanpa sang ayah, sehingga biaya studi mulai dari bangku Madrasah Aliyah Koititi Gane Barat hingga pada semester I dan II di IAIN Ternate ditanggung oleh ibu dan kedua kakaknya.
Dia mengungkapkan, sejak bapaknya masih ada, memang segala hal terkait keperluan studi dengan mudah terpenuhi, lantaran bapaknya yang berprofesi sebagai nelayan memiliki pengasilan yang jauh lebih baik dari rutinitas sebagai seorang nelayan.
“Sejak bapak meninggal, biaya studi di bangku Madrasah Aliyah hingga kuliah ditanggung oleh ibu dan kakak, dan alhamdulillah mulai dari semester III saya mendapat beasiswa, jadi meringankan beban ibu saya,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, mendapat beasiswa pada setiap semester, dia memanfaatkan secara baik untuk keperluan studi dan sisipkan sebagai modal usaha untuk ibunya berjualan Sembako di kampung halamannya.
“Ibu saya orang Bugis, jadi suka berdagang, sehingga beasiswa yang saya dapat, begitu juga penghasilan dari kedua kakak saya, kami men-support ibu untuk berdagang,” katanya.
Karena namanya tercatat sebagai mahasiswa penerima beasiswa KIP, ia terpaksa mengusung target agar prestasi akademik dan aktivitas di organisasi harus balance. Hal ini kata dia, harus menjadi perhatian, sehingga harapan orangtua untuk menyelesaikan studi tepat waktu dapat tercapai, serta tidak dianggap sebagai aktivis yang gagal.
Untuk itu, pada momentum wisuda sarjana dan magister XIV IAIN Ternate di tahun 2025 ini, ia tidak hanya tercatat sebagai peserta wisuda. Melainkan mematahkan mitos: aktivis tidak bisa raih prestasi akademik.
Karena prestasi akademik yang diraihnya dan mengantarkan ia menjadi lulusan terbaik dari 626 mahasiswa, sekaligus menunjunkkan kepada semua pihak bahwa aktif di organisasi tidak menghalangi untuk catatkan prestasi akademik.
“Prinsipnya, kita harus membuat planning, yakni rajin mengikuti aktivitas perkuliahan dan berbagi waktu di organisasi,” katanya.
Menurut dia, wisuda dengan meraih predikat pujian (cumlaude) tentu membuat sang ibunya mengulas senyum bangga, karena awalnya ia memang berkeinginan melanjutkan studi di Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Ternate.
Namun, impian tersebut dibelokkan oleh sang ibu, karena menurut ibunya, tenaga pendidik di kampung halamannya memang masih terbatas, sehingga disarankan harus ke IAIN Ternate dan memilih program studi MPI di fakultas Tarbiyah.
Kini, ia tidak hanya menuntaskan impian sang ibunya, melainkan satu hal yang ia sangat bangga lantaran ikut berkontribusi melalui prestasinya yang mengantarkan prodi MPI meraih akreditasi unggul.
“Sangat bangga, karena ijazah kami di prodi MPI kali ini sudah tercantum akreditasi unggul,” tandasnya.
Jika Abida Kisman tercatat sebagai anak nelayan yang meraih pestasi di fakultas Tarbiyah. Hesti Enitriyana pun demikian. Gadis kelahiran Onemay Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, 5 maret 2004 ini juga memilki orangtua berprofesi sebagai nelayan.
Ia merupakan mahasiswi berprestasi pada program studi Manajemen Keuangan Syariah (MKS) fakultas ekonomi dan bisnis Islam (FEBI) IAIN Ternate. Sejak semester I (satu) ia sudah resmi mengantongi beasiswa KIP Kuliah, dan setiap semester meraih IPK sangat memuaskan.
“Pada semester pertama IPK saya 3,90, sementara di semester II hingga VIII IPK saya semuanya 4,00,” ungkap dia saat ditemui di kampus IAIN Ternate, Jum’at (26/9/2025).
Untuk beasiswa KIP, selain untuk keperluan studi, ia juga menyisipkan sebagai modal untuk bisnis menjual jilbab secara online. Hal ini dilakukan, karena bekal ilmu yang diajarkan pada prodi-nya.
Anak kedua dari 6 bersaudara dari pasangan Jauna dan Wa Ode Sahraeni ini, sepanjang studi di IAIN Ternate memang tidak aktif di organisai ektra kampus. Walaupun begitu, ia juga aktif di organisasi intra kampus, yakni di himpunan mahasiswa program studi (HMPS) MKS, serta aktif menjadi pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) FEBI IAIN Ternate.
Sebagai anak seorang nelayan, ia menargetkan menyelesaikan studi tepat, demi memberi peluang kepada adik-adiknya untuk menempuh pendidikan tinggi seperti dirinya.
Dia mengungkapkan, setelah menuntaskan pendidikan pada tahun 2025 ini, menjadi capaian Istimewa bagi dirinya serta keluarga, karena dialah sarjana pertama di dalam keluarga.
“Selain prestasi akademik, tentu saya menyelesaikan studi tepat waktu bakal menginspirasi adik-adik saya,” ucapnya.
Karena tercatat sebagai mahasiswa berprestasi, ia bahkan direkomendasi mengikuti KKN Nusantara di Kuningan Jawa Barat bersama ratusan mahasiswa berprestasi dari seluruh PTKIN se-Indonesia.
Selain itu, pada tahun lalu, ia bersama sejumlah mahasiwa di FEBI IAIN Ternate juga terpilih mengikuti kegiatan lomba Business Plan Competition di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Jawa Barat.
Soal meraih prestasi akademik, alumni MAN 1 Ternate ini menuturkan, harus rajin belajar serta aktif di kelas. Menurut dia, dengan rajin belajar, praktis dengan mudah mencatatkan prestasi akademik.
Ia mengungkapkan bahwa memang sepanjang menempuh studi di IAIN Ternate, ia tidak terlibat pada organisasi ektra kampus, lantaran dituntut oleh orangtua harus menyelesikan studi tepat waktu.
Untuk itu, ia hanya memusatkan perhatian pada organisasi intra kampus, serta konsentrasi belajar demi meraih prestai akademik untuk membanggakan orangtua.
“Sebenarnya, keinginan untuk berkiprah di organisasi ektra kampus, hanya saja terantuk dengan tuntutan orangtua untuk menyelesaikan studi tepat waktu,” katanya, mengakhiri. (*)